Angela Merkel menerima Penghargaan Perdamaian UNESCO

Angela Merkel menerima Penghargaan Perdamaian UNESCO

Mantan Kanselir Jerman Angela Merkel menerima Hadiah Perdamaian UNESCO. Dia dianugerahi penghargaan ini karena kebijakan liberalnya terhadap pengungsi pada tahun 2015. Dia akan menerima penghargaan pada Rabu (8 Februari) di Yamoussoukro, ibu kota Pantai Gading, Afrika Barat.

Penghargaan ini diberikan oleh Yayasan Félix Houphouët-Boigny di Pantai Gading dengan dukungan UNESCO. Pemenang Félix Houphouët-Boigny Prize 2022 akan menerima €1.4 juta, medali emas, dan sertifikat yang ditandatangani oleh Direktur Jenderal UNESCO. Beberapa Kepala Negara Afrika dan Ketua Uni Afrika akan menghadiri acara penghargaan. Angela Merkel membuka pintu Jerman untuk para pengungsi pada tahun 2015.

Slogan “We Can” itu mendapat pujian dan kritik. Denis Mukwege, pemenang Nobel Perdamaian 2018 dan anggota juri UNESCO Peace Prize, mengatakan bahwa semua anggota juri terharu dengan keputusan berani Angela Merkel untuk menampung sekitar 12 juta pengungsi dari Suriah, Irak, Afghanistan dan Eritrea pada tahun 2015. Dia telah menetapkan contoh yang bersejarah dan dapat dicontoh. Mendukung Angela Merkel, Direktur Jenderal UNESCO, Audrey Azoulay, mengatakan bahwa usahanya membawa perdamaian dan membuka peluang bagi orang-orang yang menderita.

Keputusan juri untuk memberikan penghargaan tentang bagaimana sikap kita terhadap imigran dan pengungsi. Hadiah Perdamaian Félix Houphouët-Boigny telah diberikan sejak 1991. Penghargaan ini diberikan setiap tahunnya kepada individu atau organisasi yang telah memberikan kontribusi yang luar biasa untuk hak asasi manusia dan perdamaian dunia. Penghargaan ini didirikan pada tahun 1989 oleh Presiden Pantai Gading, Hufet Boni.

Pada tahun 1991, Nelson Mandela dan Frederick Willem de Klerk pertama kali dianugerahi penghargaan ini karena gerakan anti-apartheid di Afrika Selatan. Sebelumnya, mantan Presiden Amerika Serikat Jimmy Carter memenangkan Nobel Perdamaian pada tahun 1994, Presiden Senegal Abdoulaye Wade pada tahun 2005, dan Presiden Prancis François Hollande pada tahun 2013.

Culture