Jakarta, CNN Indonesia — Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X, meminta para pelaku kejahatan jalanan yang menewaskan seorang pelajar SMA Muhammadiyah di wilayahnya tetap diproses hukum meski masih di bawah umur.
“Menurut saya itu sudah berlebihan. Kalau saya diproses saja secara hukum, tidak tahu umurnya berapa,” kata dia, di Kompleks Kepatihan, Yogyakarta, Senin (4/4) seperti dikutip dari Antara.
Lihat Juga :
Pelajar Jogja Tewas Dianiaya Saat Cari Makan Sahur
Menurut dia, meski nantinya para pelaku diketahui masih di bawah umur harus ada pengecualian karena telah mengakibatkan korban meninggal dunia.
“Satu-satunya cara ya harus berproses hukum karena hanya dengan cara seperti itu kita bisa mengatasi persoalan,” ucap dia.
Ia berharap polisi bisa mencari cara agar pelaku di bawah umur tetap bisa diproses hukum. “Ini perkara pidana ya karena sampai meninggal. Ya bagaimana penegak hukum bisa cari cara bagaimana dia diproses di pengadilan. Perkara dibebaskan itu yang membebaskan pengadilan bukan lembaga lain,” ujar raja Keraton Yogyakarta ini.
Terpisah, Dirreskrimum Polda DIY Kombes Pol Ade Ary Syam Indradi mengungkap kronologi kejahatan jalanan yang menewaskan SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta bernama Daffa Adzin Albazith (17), Minggu (4/4) dini hari kemarin.
PlayUnmute
Loaded: 1.02%
Fullscreen
Berdasarkan informasi yang diperolehnya, Daffa kala itu bersama 6 rekannya menggunakan 5 sepeda motor mampir ke sebuah warung makan. Lokasinya, sekitar 50-100 meter dari tempat kejadian perkara, Jalan Gedongkuning, Kotagede, Kota Yogyakarta, DIY.
Sebagian dari rombongan Daffa telah memesan makanan. Sementara sisanya baru tiba di lokasi.
“Kemudian lewat lah dua motor yang digunakan oleh 5 orang yang membleyer seperti nada mengejek. Hal inilah yang menjadi pemicu karena membleyer kelompok korban Ini akhirnya berusaha mengejar kelompok pelaku ke arah utara di Jalan Gedongkuning ke arah utara,” kata Ade di Mapolda DIY, Sleman, Senin.
Ade menerangkan ada empat motor kelompok Daffa yang melakukan pengejaran. Termasuk salah satunya adalah korban dalam posisi membonceng rekannya.
“Ternyata di depan, para pelaku setelah lebih dulu membleyer dan dikejar dari belakang, kelompok pelaku itu berhenti dan memutar balik menunggu kelompok korban ini tiba,” ujarnya.
Kelompok pelaku lantas melakukan penyerangan menggunakan senjata tajam berupa gir bertali. Motor pertama yang ditunggangi rekan-rekan Daffa berhasil mengelak ayunan gir dari pelaku. Nasib berbeda dialami oleh Daffa. Ia terkena telak serangan dari pelaku.
“Korban berada di motor kedua, posisi dibonceng di belakang karena yang membonceng (joki) mengelak kena ke mukanya korban. Sehingga korban mengalami luka di mukanya akibat kekerasan benda tajam yang diduga berdasarkan keterangan para saksi itu menggunakan gear dan menggunakan tali,” jelas Ade.
Setelah kejadian itu, dua motor dari korban dan pelaku sama-sama kabur meninggalkan lokasi. Sementara Daffa, dalam keadaan terluka bersama temannya melanjutkan perjalanannya ke arah timur dari lokasi kejadian. Sampai keduanya ditemukan oleh Patroli Sabhara Polda DIY.
“Dan langsung membantu menolong korban karena korban sudah terlihat lemas dan membawa ke rumah sakit Hardjolukito dan akhirnya korban meninggal dunia di rumah sakit,” ucapnya.
Ade berujar, pihaknya sejauh ini telah menggelar tiga kali olah TKP. Ia dan jawatannya masih mengumpulkan petunjuk lewat saksi, barang bukti di lokasi, maupun rekaman kamera pengawas CCTV.
Lihat Juga :
Masih Bebas Bersyarat, Pelaku Klitih di Yogyakarta Bacok Pemotor
Daffa diketahui merupakan pelajar SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta. Dia tewas dalam kondisi luka parah akibat diserang pelaku aksi kejahatan jalanan, Minggu (3/4) dini hari sekitar pukul 02.10 WIB.
Nyawa pelajar berusia 17 tahun itu tak terselamatkan meski sempat dibawa ke RSPAU Hardjolukito. Penyebab kematiannya diduga kuat adalah luka akibat terkena senjata tajam pada bagian kepala.
Kepala SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta Slamet Purwo memastikan sosok Daffa Adzin Albazith yang menjadi korban kejahatan jalanan ini sebagai peserta didik di sekolahnya. Korban adalah siswa aktif kelas XI IPS 3 berusia 17 tahun.
“Anak-anak kami (korban dan teman-temannya) itu akan mencari makan sahur, kemudian dibuntuti oleh dua motor. Satu motor tiga orang, satu motor dua orang,” kata Slamet di kantornya.
Curiga dan khawatir, Daffa dan rekan-rekan berusaha mencari lokasi yang aman dari kejaran para terduga pelaku itu. Daffa yang saat itu tengah dalam posisi membonceng terkena sabetan benda tajam diduga berupa gir.
“Jenazah Daffa dibawa ke tempat tinggalnya di Kebumen untuk dimakamkan,” ucap Slamet.